Prof Nelson Tansu, PhD. merupakan seorang pakar nanoteknologi dan optoelektronika asal Indonesia yang prestasinya diakui dunia internasional. Tansu dilahirkan di Medan, Sumatera Utara, tanggal 20 Oktober 1977. Lulusan terbaik dari SMA Sutomo 1 Medan ini sudah meraih 11 penghargaan dan memiliki delapan paten dalam bidang nanoteknologi dan optoelektronika dari kantor paten Amerika Serikat.
Finalis Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) ini adalah anak kedua di antara tiga bersaudara buah hati pasangan Iskandar Tansu dan Lily Auw. Kedua orang tua Nelson adalah lulusan universitas di Jerman dan memiliki bisnis percetakan di Medan. Abangnya, Tony Tansu, adalah master dari Ohio, AS. Begitu juga adiknya, Inge Tansu, adalah lulusan Ohio State University (OSU).
Setelah menamatkan SMA, Tansu memperoleh beasiswa dari Bohn’s Scholarships untuk kuliah di jurusan matematika terapan, teknik elektro, dan fisika di Universitas Wisconsin – Madison, Amerika Serikat. Pada tahun 1998 Tansu berhasil meraih gelar bachelor of science yang ditempuh hanya dalam waktu 2 tahun 9 bulan dengan predikat Summa Cum Laude. Setelah itu, ia mendapat banyak tawaran beasiswa dari berbagai perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat.
Walaupun demikian, ia memilih tetap kuliah di Universitas Wisconsin dan meraih gelar doktor di bidang electrical engineering pada bulan Mei 2003. Thesis Doktorat – nya di bidang photonics,optoelectronics, dan semiconductor nanostructires mendapat award sebagai "The 2003 Harold A. Peterson Best ECE Research Paper Award" mengalahkan 300 thesis doktorat lainnya. Selain itu, penghargaan lain yang diterimanya antara lain WARF Graduate University Fellowships danGraduate Dissertator Travel Funding Award.
Pada usia 25 tahun Tansu diangkat menjadi guru besar (profesor) di Lehigh University, Bethlehem, Pennsylvania 18015, USA dan langsung mengajar mahasiswa di tingkat master (S-2), doktor (S-3), bahkan post doctoral Departemen Teknik Elektro dan Komputer. Tansu merupakan orang Indonesia pertama yang menjadi profesor di Lehigh University.
Sukses Tansu menjadi profesor di Lehigh University bukan kebetulan. Dunia sudah mengakui karya – karya ilmiahnya. Lebih dari 174 publikasi jurnal dan konferensi ilmiah internasional (Juli 2009) tentang semikonduktor, optoelektronika, fotonika, dan nanoteknologi dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah internasional. Selain itu, Tansu juga aktif menjadi pembicara di berbagai seminar tentang sains dan pendidikan di berbagai negara. Ke mana pun dirinya pergi, setiap ditanya orang, Tansu selalu mengenalkan diri sebagai orang Indonesia.
Sebagai cendekiawan muda, dia menjalani kehidupannya dengan tiada hari tanpa membaca, menulis, serta melakukan riset. Tentunya, dia juga menyiapkan materi serta bahan kuliah bagi para mahasiswanya. Kesibukannya itu bertumpu pada tiga hal yakni yakni, learning, teaching, andresearching. Selama mengajar di kampus, karena wajahnya yang masih muda, tak sedikit insan kampus yang menganggapnya sebagai mahasiswa S-1 atau program master.
Berkat prestasi Tansu yang luar biasa, ia sempat menjadi incaran dan malah "rebutan" kalangan universitas AS dan mancanegara. Mulai dari tawaran jabatan yang lebih tinggi maupun gaji serta fasilitas yang menggiurkan. Tawaran – tawaran itu datang dari AS, Kanada, Jerman, dan Taiwan serta berasal dari kampus – kampus top. Semua datang sebelum maupun sesudah Nelson resmi mengajar di Lehigh University. Tapi, segalanya lewat begitu saja. Nelson memilih konsisten, loyal, dan komit dengan universitas di Pennsylvania itu. Tapi, tentu ada pertimbangan khusus yang lain.
Nelson mengaku memilih universitas luar negeri sebagai wadah kiprah ilmiahnya karena semata – mata iklim keilmuan di sana sangat kondusif. Di sana ia bisa memanfaatkan fasilitas laboratorium yang lengkap, mengakses informasi dari perangkat berteknologi canggih, dan melahap buku – buku terbaru di perpustakaan.
Pada April 2007 sampai April 2009, Tansu dipromosikan menjadi Peter C. Rossin (Term Chair) Assistant Professor di Universitas Lehigh. Kemudian pada Mei 2009 sampai sekarang, Tansu dipromosi menjadi Associate Professor dengan tenure di Universitas Lehigh. Posisi Professordengan tenure adalah merupakan posisi seumur hidup, dan biasanya hanya diberikan kepada profesor yang telah menunjukkan produktivitas yang tinggi dan riset yang berkaliber tinggi.
Ternyata Indonesia masih mempunyai anak negeri yang memiliki kemampuan intelektual yang sejajar, bahkan lebih tinggi daripada anak negeri lain. Tansu sudah membuktikan kemampuan tersebut. Kemampuan dan penguasaan ilmu yang tinggi memang sering bisa sangat berperan mengangkat prestasi serta prestise bangsa dan suatu negeri. Sebab, ilmu merupakan salah satu instrumen eksplorasi perabadan dan kebudayaan. Sehingga, dengan itu, suatu bangsa dan negeri akan cepat menggapai kemajuan sosial.
Sumber : www.engineeringtown.com
0 komentar:
Posting Komentar